Membangun Kembali
Kepercayaan Publik
Oleh: Syam Alam
Ditengah maraknya suap menyuap terhadap pejabat publik, harapan bagi terciptanya pencitraan terhadap lembaga negara masih belum memuai. Rakyat masih berharap suatu saat mereka memiliki para pemimpin yang benar benar amanah dan tidak mau disuap atau menyuap.
Reformasi bangsa ini memang masih terus diuji. Usia kemerdekaan yang terus bertambah bukanlah jaminan kita bisa mendapatkan sebuah generasi yang benar benar ingin melayani rakyat dan bukannya sebaliknya. Pemahaman terhadap prinsip prinsip luhur dalam berbangsa dan bernegara juga tidak sepenuhnya diserap.
Sehingga, bagaimana mau menjalankan sebuah amanah dengan baik bila prinsip yang paling hakiki dari integritas kekuasaan saja tidak dipahami. Bahwa hak atas kekuasaan yang diperoleh menjadi satu paket dengan kewajiban memakmurkan bangsa. Artinya, kekuasaan yang diperoleh inherent atau lekat dengan sebuah kewajiban luhur. Bahwa kekuasaan hanya sebagai sarana untuk melayani rakyat dan bukannya sebuah tujuan.
Celakanya, ketika yang dipahami adalah kekuasaan sebagai sebuah tujuan belaka, maka yang terjadi seperti yang sering kita saksikan saat ini. Untuk mencapai kekuasaan, banyak pejabat publik yang sampai harus menggelontorkan dana ratusan bahkan milyaran rupiah untuk mencari dukungan bahkan menyuap. Ironis memang. Ini terjadi ketika kita sedang mencoba untuk percaya bahwa reformasi pada gilirannya akan melahirkan para pemimpin yang tidak hanya berjiwa reformis tapi lebih dari itu ingin melayani rakyat.
Seharusnya bisa dipahami pula bahwa bila politik suap menyuap ini dibiarkan terus menjadi sesuatu yang lumrah, maka pada akhirnya akan menggerus integritas bangsa. Dalam kondisi seperti ini, yang diperlukan adalah kembalinya kepercayaan publik bagi kelangsungan lembaga negara dan bangsa dimata internasional.
Sebagai bangsa yang terus menggodok kematangan dan kedewasaan generasinya, semua komponen yang ada didalamnya harus bahu membahu dalam membangun kembali kepercayaan publik yang sempat tercabik cabik.
Kiita sudah banyak membuang waktu dengan berkonflik yang seakan tiada hentinya. Kita juga sudah membuang waktu untuk tidak menyiapkan sebuah generasi yang bakal mewarisi semangat perjuangan para pendahulu negeri ini. Kita justru lebih sering membuang waktu hanya untuk melobi agar kekuasaan terus berlangsung dan bertambah. Tanpa menyadari bahwa untuk mengejar tujuan tersebut, ternyata harus mengorbankan begitu banyak peluang untuk membangun kembali kepercayaan publik.