Kamis, 19 Februari 2009

Menyiapkan TKI Profesional

Oleh: Syam Alam

Bagi sebagian rakyat Indonesia, bekerja diluar negeri merupakan sebuah tujuan. Mereka rela mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk modal menjadi Tenaga Kerja Indonesia atau TKI. Bahkan banyak diantaranya yang harus jatuh bangun mencari pinjaman atau menjual harta benda hanya agar mereka bisa terdaftar sebagai TKI. Banyak diantara mereka pula yang kemudian gigit jari lantaran tertipu oknum pengerah tenaga kerja.

Namun tidak semua orang berfikir bahwa bekerja diluar negeri sebagai TKI itu enak. Paling tidak, mereka memiliki keyakinan bahwa tidak selamanya bekerja dinegeri orang berlimpah uang dan kenyamanan. Bagaimanapun juga bekerja diluar negeri sangat beresiko bagi terjadinya kekerasan fisik yang mengarah pada penganiayaan. Penistaan terhadap nilai nilai kemanusiaan terhadap TKI khususnya Tenaga Kerja Wanita (TKW) saat ini sering kita jumpai. Bahkan, yang pulang dengan peti mati pun sering terjadi.

Meskipun demikian, kita harus mengakui bahwa dari keringat dan perjuangan hidup para TKI ini, devisa banyak didatangkan. Direktur Pengembangan Kesempatan Kerja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, M.Silalahi menjelaskan jumlah uang yang dikirim TKI diberbagai negara setiap tahunnya mencapai Rp.30 trilyun lebih. Luar biasa.

Jumlah kiriman itu terus meningkat seiring terus bertambahnya jumlah TKI yang bekerja diluar negeri. Bayangkan saja, setiap tahunnya tak kurang dari 700.000 orang berangkat keluar negeri menjadi TKI. Ditahun 2008 saja targetnya bahkan mencapai satu juta orang. Sebuah angka yang sangat besar bagi pengerahan tenaga kerja keluar negeri.

Dengan semakin besarnya jumlah TKI, pemerintah seharusnya lebih memperhatikan perlindungan terhadap para pahlawan devisa ini. Disisi lain, pemerintah juga harus terus mendorong pengiriman tenaga kerja professional, seperti tenaga kerja dibidang teknik informatika, teknik mesin, tambang, perawat dan lain lain. Melihat peluang kerja dibidang profesional itu masih cukup besar, maka berbagai pelatihan juga harus terus digalang agar para TKI yang dikirim benar benar terlatih dan terdidik serta memiliki daya saing dengan tenaga kerja negara lain.

Kita masih prihatin, ternyata 70 persen TKI yang dikirim keluar negeri, semuanya bekerja disektor informal seperti menjadi pembantu rumah tangga atau sopir. Seharusnya angka ini bisa berkurang seiring semakin besarnya peran pemerintah menyiapkan tenaga kerja professional.

Kita berharap, semoga tidak ada lagi cerita TKI yang nasibnya terlunta lunta dinegeri orang. Sebab ketika TKI dihantarkan sampai kebandara, kita pastilah tidak mengharapkan mereka nantinya pulang dalam keadaan teraniaya atau dalam keadaan sudah menjadi mayat.

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger

SEBUTLAH INI HANYA KERISAUAN
DIRUANG TUNGGU
SALING BERBAGI MENYIKAPI HIDUP
YANG TERUS BERGERAK

DAN TAK PERNAH KOMPROMI

TERIMA KASIH ANDA SUDAH MENENGOK
SIAPA TAHU
KEGUNDAHAN SAYA
ADALAH JUGA
KEGUNDAHAN ANDA

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Semoga apa yang saya tulis ini bisa memberi arti. Saya tidak menciptakan. Saya hanya merangkainya saja. Merangkum yang tercampak ditrotoar. Menggamit yang hampir terlupakan. Tak lebih. Sebab saya hanya ingin berbagi mimpi. Boleh jadi itu mimpi kita bersama. Tentang negeri yang bisa menjadi tempat bernaung bagi rakyatnya. Tentang alam yang mau menjadi teman berkisah. Tentang kedamaian yang sudah lama tak berkirim sapa. Sebab perjalanan hidup ini telah banyak bercerita. Tentang anak manusia yang terusir dari tanahnya sendiri. Tentang anak manusia yang tak bisa menghidupi keluarganya. Tentang anak manusia yang dimiskinkan, dibuat tak berdaya bahkan untuk menolong dirinya sendiri tak kuasa. Sebab perjalanan hidup ini telah banyak mengajarkan, apalah artinya kita bila tidak mampu memberi arti bagi sesama.