Selasa, 17 Februari 2009

Sikap Bijak Dalam Kebebasan Pers

Oleh: Syam Alam

Saat ini sudah bukan jamannya pers dikebiri. Pers sudah bisa menempatkan dirinya dalam posisi mengkritisi setiap kebijakan pemerintah, sementara disisi lain sudah mampu bertanggung jawab terhadap sikap kritisnya.

Dimasa lalu, pers seakan jalan ditempat. Mereka sering bungkam atau dibuat bungkam untuk menyikapi gejolak sosial yang terjadi. Jelas kehidupan pers semacam ini adalah kehidupan pers yang tidak sehat dan tidak mendidik bagi upaya pencerdasan masyarakat. Apalagi, ketika dihadapkan pada isu kampanye partai politik, dimana saat suhu memanas, kontrol terhadap pers sering terlampau menjerat.

Dimasa reformasi, kita menyaksikan wajah pers yang lain, yaitu pers yang lebih bergairah dan mulai berani menempatklan posisi mereka sebagai kontrol pemerintah. Namun pada kenyataannya kita masih sering menyaksikan pers yang kebablasan serta tidak seimbang dalam pemberitaan. Asumsi yang berkembang saat ini, betapa pers kita masih diganggu oleh euphoria reformasi.

Menjelang pilpres 2009 suhu pemberitaan sudah mulai terasa memanas. Menghadapi masa kampanye biasanya kita dihadapkan pada isu-isu yang yang tidak hanya menguliti kebijakan, namun juga sudah mengarah pada caracter assination beberapa tokoh yang tidak dikehendaki. Tentu saja kita tidak menginginkan pemberitaan yang tidak proporsional dan membuat rakyat menjadi bingung. Yang kita harapkan justeru menjelang pilpres 2009, pers kita mampu jauh lebih dewasa dalam bersikap dan menempatkan diri.

Ketika Presiden Susilo Bambang Yudoyono menjamin bahwa selama masa kampanye nanti tidak akan ada pencabutan perijinan pers, ini memang cukup melegakan. Sebagaimana ditegaskan Menteri Komunikasi Muhammad Nuh, pemerintah memberikan garansi tidak akan ada pembatasan termasuk pencabutan perijinan pers. Namun, apakah ini menjamin bahwa pers kita akan menjadi lebih dewasa ?.

Terlepas dari nada sumbang yang beredar bahwa kebebasan pers yang dijamin presiden adalah sebuah manuver untuk meraih simpati menjelang pilpres 2009, namun yang jelas kran kebebasan yang dibuka lebar-lebar ini harusnya disikapi jauh lebih dewasa oleh insan pers. Dengan kebebasan pers ini kita justeru ingin menyaksikan (juga membuktikan) pers jauh yang lebih dewasa, lebih matang dan lebih bertanggung jawab.

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger

SEBUTLAH INI HANYA KERISAUAN
DIRUANG TUNGGU
SALING BERBAGI MENYIKAPI HIDUP
YANG TERUS BERGERAK

DAN TAK PERNAH KOMPROMI

TERIMA KASIH ANDA SUDAH MENENGOK
SIAPA TAHU
KEGUNDAHAN SAYA
ADALAH JUGA
KEGUNDAHAN ANDA

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Semoga apa yang saya tulis ini bisa memberi arti. Saya tidak menciptakan. Saya hanya merangkainya saja. Merangkum yang tercampak ditrotoar. Menggamit yang hampir terlupakan. Tak lebih. Sebab saya hanya ingin berbagi mimpi. Boleh jadi itu mimpi kita bersama. Tentang negeri yang bisa menjadi tempat bernaung bagi rakyatnya. Tentang alam yang mau menjadi teman berkisah. Tentang kedamaian yang sudah lama tak berkirim sapa. Sebab perjalanan hidup ini telah banyak bercerita. Tentang anak manusia yang terusir dari tanahnya sendiri. Tentang anak manusia yang tak bisa menghidupi keluarganya. Tentang anak manusia yang dimiskinkan, dibuat tak berdaya bahkan untuk menolong dirinya sendiri tak kuasa. Sebab perjalanan hidup ini telah banyak mengajarkan, apalah artinya kita bila tidak mampu memberi arti bagi sesama.