Senin, 27 Juli 2009

MEMAKNAI KEMERDEKAAN


Satu hal yang tak terbantahkan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia diraih berkat perjuangan gigih yang tak mengenal lelah dan bukannya atas kemurahan hati atau hadiah dari bangsa lain. Darah yang membasahi pertiwi, genangan air mata serta niat tulus tanpa pamrih para pejuang bangsa akhirnya membuahkan hasilnya, sebuah kemerdekaan yang kita nikmati hingga kini.

Namun, adalah juga tak terbantahkan bahwa masih banyak saudara saudara kita yang hingga kini belum merasakan sepenuhnya manisnya kemerdekaan. Hak hidup mereka masih tergadaikan, kebebasan berpendapat mereka masih dikebiri dan terlebih lagi masih begitu banyak rakyat Indonesia yang hidupnya berada dibawah garis kemiskinan.

Kemiskinan struktural telah terjadi dimana mana dan kita sepakat menjadikan kemiskinan itu sebagai common enemy. Namun sayang, hingga kini keberpihakan kita kepada kaum miskin masih setengah hati. Ibaratnya, kita membicarakan kemiskinan dan kelaparan sementara mulut kita sibuk mengunyah sambil mengitari meja makan yang penuh dengan hidangan lezat. Empati kita yang tidak diikuti oleh sebuah tindakan nyata hanya akan memperparah rasa sakit hati rakyat miskin. Nah, untuk rakyat miskin inilah masihkah kita mau mengatakan bahwa mereka juga ikut menikmati kemerdekaan?.

Secara fisik jelas kita memang sudah tidak mengalami penjajahan oleh bangsa lain. Namun ternyata bentuk penindasan yang lain masih berlangsung. Rakyat yang dibodohi, rakyat yang hidupnya diperbudak, rakyat yang hanya dijadikan obyek eksploitasi, rakyat yang diperjual belikan sebagai pelacur, rakyat yang dipasung hak hidupnya bahkan rakyat yang tidak dibela dimata hukum, bukankah mereka adalah rakyat yang terjajah?. Pertanyaan selanjutnya, adilkah ketika kemerdekaan hanya dinikmati oleh sebagian rakyat saja sementara yang lain gigit jari dalam hidup yang terlunta lunta dinegerinya sendiri?.

Ketika para pahlawan bangsa berdarah darah memperjuangkan kemerdekaan, mereka pastilah tidak sudi mempersembahkan kemerdekaan hanya untuk sebagian rakyat Indonesia saja. Mereka berjuang tulus untuk semua saudara sebangsa setanah air. Berkorban apapun telah mereka lakukan hanya agar tidak ada lagi penindasan dibumi pertiwi. Coba bandingkan dengan kita yang masih sering berjuang untuk diri sendiri, keluarga, kelompok, golongan dan kroni kroni. (Syam Alam)

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger

SEBUTLAH INI HANYA KERISAUAN
DIRUANG TUNGGU
SALING BERBAGI MENYIKAPI HIDUP
YANG TERUS BERGERAK

DAN TAK PERNAH KOMPROMI

TERIMA KASIH ANDA SUDAH MENENGOK
SIAPA TAHU
KEGUNDAHAN SAYA
ADALAH JUGA
KEGUNDAHAN ANDA

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Semoga apa yang saya tulis ini bisa memberi arti. Saya tidak menciptakan. Saya hanya merangkainya saja. Merangkum yang tercampak ditrotoar. Menggamit yang hampir terlupakan. Tak lebih. Sebab saya hanya ingin berbagi mimpi. Boleh jadi itu mimpi kita bersama. Tentang negeri yang bisa menjadi tempat bernaung bagi rakyatnya. Tentang alam yang mau menjadi teman berkisah. Tentang kedamaian yang sudah lama tak berkirim sapa. Sebab perjalanan hidup ini telah banyak bercerita. Tentang anak manusia yang terusir dari tanahnya sendiri. Tentang anak manusia yang tak bisa menghidupi keluarganya. Tentang anak manusia yang dimiskinkan, dibuat tak berdaya bahkan untuk menolong dirinya sendiri tak kuasa. Sebab perjalanan hidup ini telah banyak mengajarkan, apalah artinya kita bila tidak mampu memberi arti bagi sesama.